Mengenal Sejarah Lebih Dekat, TK Tunas Mandiri Kunjungi Kota Tua

oleh -167 Dilihat

Jakarta – Siswa Siswi Taman Kanak-Kanak (TK) Tunas Mandiri, yang berada di Jalan Sawah Lio IV, RT.003 RW.05, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, terlihat antusias dan gembira saat mengunjungi tempat wisata dan sejarah Taman Fatahillah di Wilayah Kota Tua, Jakarta, Senin (19/8/2019).

“Kunjungan ini dalam rangka Hari Kemerdekaan RI ke 74,” papar Pimpinan TK Tunas Mandiri, Neneng.

Neneng mengatakan, pentingnya mengenal sejarah ini harus dimulai dari sekarang kepada anak-anak, “agar mereka bisa mengenang, menghormati dan menghargai para pahlawan, terutama orang tuanya,” ujar Neneng.

Ia berharap, anak didiknya kelak menjadi anak kebanggaan orang tua, bangsa, dan Negara.

Neneng memaparkan, Musium Wilayah Kota Tua di Jakarta Barat dan Jakata Utara mencakup lahan seluas 334 hektar. Wilayah itu meliputi kawasan Tamansari, Pinangsia, Glodok, dan Tambora, serta Penjaringan.

Mengenal kawasan Taman Fathillah yang berada di Tamansari, tempat itu memang menjadi salah satu ikon Jakarta karena pernah menjadi pusat pemerintahan saat Jakarta masih bernama Batavia.

“Zaman kolonial dulu jadi pusat pemerintahan. Ada semacam aura dan kharisma orang yang bikin tertarik dengan wisata Taman Fatahillah. Positifnya sudah cukup terkenal, kalau ke Kota (Kota Tua) ya ke Taman Fatahilah,” terangnya.

Neneng menjelaskan, untuk diketahui, kawasan Kota Tua resmi menjadi warisan sejarah setelah diresmikan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin tahun 1972.

Kawasan tersebut adalah daerah perdagangan yang dulu dikenal dengan nama Sunda Kepala. Pada abad ke-12, Sunda Kelapa masih merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Sunda yang berpusat di Pakuan Pajajaran atau yang kini dikenal sebagai Bogor.

Pada masa itu Sunda Kelapa merupakan tempat pertemuan para pedagang mancanegara dari China, India, Arab, dan kemudian Eropa.

Pada masa awal kolonialisme Eropa di Nusantara, Sunda Kelapa diperebutkan oleh Portugis dan Kerajaan Demak. Kerjaan Demak menugaskan Fatahillah untuk mengusir Portugis sekaligus merebut Sunda Kelapa.

Pada 22 Juni 1527, pasukan gabungan Demak-Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) merebut Sunda Kelapa. Nama Sunda Kelapa pun diubah menjadi Jayakarta.

“Pada masa kolonialisme Belanda, Kongsi Dagang atau Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie atau (VOC) merebut Jayakarta dan mengubah namanya menjadi Batavia. Belanda membangun Batavia dan meluaskan wilayahnya di tepi barat dan timur Ciliwung. Belanda juga membangun benteng dan bangunan pemerintahan,” jelasnya.

Sementara itu, menurut salah satu orang tua murid, Sri Sulisah, “Mengapresiasi dan bangga dengan para pimpinan TK serta para orang tua wali murid, karena dengan acara ini begitu sangat berguna bagi anak-anak, serta kami dalam menambah lmu pengetahuan,” ucapnya.(Her)