Gelar Aksi Damai, Petani Minta PT. BAA Kembali Terima Ubi Kasesa

oleh -402 Dilihat

Bangka – Petani dan Supir pengangkut ubi kasesa melakukan aksi damai, di halaman pabrik tapioka PT. Bangka Asindo Agri (PT. BAA), Kamis (19/3/2020).

Kartuli, salah satu warga Kecamatan Belinyu mengatakan, dirinya bersama yang lain sudah 3 malam menginap untuk antri di Pabrik PT. BAA tanpa ada kepastian ubi diterima apa tidak.

“Untuk itu hari ini, kami minta pihak pabrik untuk nerima ubi yang kami bawa ini. Kalau tidak diterima pasti busuk, dan kami mengalami kerugian yang besar,” ucap Kartuli.

“Dulunya Pemerintah yang himbau untuk tamam ubi casesa ini. Malah sekarang pemerintah yang hentikan pabriknya untuk beroprasi,” keluhnya.

“Kami ini pinjam dana KUR (Kredit Usaha Rakyat) dan pinjaman harus dikembalikan. Kami harus mengeluh kemana kalau pabrik ini ditutup,” tambahnya.

Sementara itu, Humas PT. BAA Sulaiman mengatakan, hingga saat ini belum bisa membeli ubi kasesa yang dijual oleh para petani di Kabupaten Bangka, terkait dengan himbauan Pemkab (Pemerintah Kabupaten) Bangka untuk menghentikan operasional pabrik sementara waktu.

“Namun hingga saat ini surat resmi dari Bupati Bangka belum diterima,” ucap Sulaiman, dalam jumpa Pers menanggapi aksi damai yang dilakukan oleh Petani ubi kasesa, di pabrik tapioka PT BAA, Kamis (19/3/2020).

Menurutnya, di Pulau Bangka berdasarkan data statistik, Petani ubi atau produksi ubi saat ini sedang melonjak. Multiplayer effect dari pertanian ubi ini cukup banyak dan pemerintah sebenarnya menyadari hal ini.

“Karena itu kami berharap Pemerintah bisa lebih bijak dalam mengambil kebijakannya, kami ini jadi serba salah, karena dalam paparan kemarin pemerintah daerah itu menghimbau untuk menghentikan sementara, dan menghimbau inikan bukan produk hukum jadi serba susah,” pungkasnya.

Sedangkan di sisi lain, sambung Sulaiman, tim independen Unpas menyatakan pihak pabrik hanya membutuhkan feeding bakteri, untuk kapasitas memang belum tercapai karena harus mengatur bakterinya.

“Kapasitas produksi pabrik kami ini sebenarnya bisa 400-500 ton per hari, namun belum tercapai karena jumlah bakteri untuk mengolah limbahnya tidak mencukupi. Sehingga dalam hal feeding bakteri ini kita hanya mampu untuk berproduksi dikisaran 80 ton saja per harinya, karena biogasnya juga sudah luar biasa banyaknya,” jelas Sulaiman.

“Jika pabrik bisa berproduksi secara optimal 400-500 ton per hari, maka jumlah antrian kendaraan yang akan menjual ubi kasesa mungkin tidak akan antri sebanyak ini,” terangnya.(H R)